Kamis, 06 Agustus 2009

Mau Tau Ramadhan Kamu Gagal atau Sukses ? (Belajar sama-sama yuuk..)

MARHABAN SYAHRU SHIYAM......:-)

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Q.S. Al-Baqarah: 183)

Di bulan Ramadhan, pintu neraka ditutup dan pintu syurga dibuka lebar-lebar. Namun banyak orang gagal mendapatkan kemuliaannya. Di bawah ini cara-cara menghindarkan diri dari gagal dalam Ramadhan:

1. Kurang melakukan persiapan di bulan Syaban
Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Syaban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata,“Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Syaban.”

2. Gampang mengulur shalat fardhu
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih.” (Maryam: 59)

Menurut Said bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush (meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat zhuhur menjelang waktu ashar,
ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya, shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.

3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah
Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih.

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.” (Al-Anbiya:90)

“Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya.” (Hadits Qudsi)

4. Kikir dan rakus pada harta benda
Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda,
karena ia termasuk sifat kehewanan (Bahimiyah). Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya. Mendekat kepada Allah Subhaanahu wa taala, akan menguatkan sifat utama kemanusiaan (Insaniyah).

5. Malas membaca Al-Quran
Ramadhan juga disebut Syahrul Quran, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Quran.
“Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Quran.” (HR Baihaqi).

Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Quran sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.

6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Saw bersabda:
“Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.”

Dalam hadits lain beliau bersabda:
“Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

7. Gemar bicara sia-sia dan dusta
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan Az-Zur, makaAllah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun,maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah)

Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab Ra berkata:“Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia.” (Al Muhalla VI: 178)

Ciri orang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya. Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak: “Bicara dulu baru berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru diucapkan.”

8. Memutuskan tali silaturrahim
Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya”
Puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta.
Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu. Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.

9. Menyia-nyiakan waktu
Al-Quran mendokumentasikan dialog Allah Swt dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main.
Allah bertanya: ” Berapa tahunkan lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka menjawab: “Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.”
Allah berfirman: “Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. “Maka apakah kamu mengirasesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai Arsy yang mulia.” (Al-Mu'minun: 112-116)

10. Labil dalam menjalani hidup
Labil alias perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah Saw:
Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan kebajikan atasnya.”
(HR Ahmad, Nasai, Baihaqi dari Abu Hurairah)

Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.

11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam
Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat ialah semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan amar maruf nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang merasakan
kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak ada, gagallah Ramadhan seseorang.

12. Khianat terhadap amanah
Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak. Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada Allah. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir (rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun dari manusia.

13. Rendah motivasi hidup berjamaah
Frekuensi shalat berjamaah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama Muslim. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjamaah, yang saling menguatkan.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaf: 4) Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjamaah.

14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk
Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.

15. Malas membela dan menegakkan kebenaran
Sejumlah peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah (Futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran. Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah meninggalkan kita sebagai pecundang.

16. Tidak mencintai kaum dhuafa
Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera instrospeksi.

17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan sadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah (introspeksi) diri.

“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)

18. Sibuk mempersiapkan Lebaran
Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik menjelah Iedul Fitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata
Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang sejati.

Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan, akibatnya lupa seharusnya sedih akan berpisah dengan bulan mulia ini.

19. Idul Fitri dianggap hari kebebasan
Secara harfiah makna Idul Fitri berarti ari kembali ke fitrah. Namun kebanyakan orang memandang Iedul Fitri laksana hari dibebaskannya mereka dari penjara Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Iedul Fitri seharusnya menjadi hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional.

Kesadaran penuh akan kehidupan dunia yang berdimensi akhirat harus berada pada puncaknya saat Iedul Fitri, dan bukan sebaliknya.
——————-
Semoga kit dapat mendapat kemuliannya. Amin...
Selamat menyambut ramadhan 1430 H..

Wallahu'alam

{Source: Aktivis Dakwah Facebook}

Cinta-Mu Kembali Meraihku......>Mutiara Sya'ban<

"....Saat aku tau, CINTA itu telah menuntun langkahku.." (Hidayah Feb_2002)

Sepenggal kisah itu kembali membuka tabirnya

ada kerinduan yang begitu mendalam...

detik-detik yang membimbing tangan ini untuk terus bersama langkah,

langkah yang ingin selalu menciptakan tapak-tapak perjuangan

detik-detik yang tanpa sengaja membina diri untuk tetap teguh

dengan semua Ujian hidup yg akan terus bergulir

detik-detik yang membuat hati ini selalu berkeras dengan SATU rindu..

CINTA, dan keinginan yang tak terpendam
ruang yang membuat kebahagiaan
tak pernah ingin tergantikan...
merasakan indahnya perjalanan hidup...

****
Saat itu......
semua telah sirna
bukanlah perkara mudah untuk menjauhkannya
ada tangis yang seakan tak bisa dibendung
ada keguguan yang sempat merampas ketulusan
sehingga ke-egoisan itu meraja bak meraih kemengangan
ada kekecewaan pada diri yang tak bisa memilih..
memilih.....!
kata-kata yang seakan bisa meraih yang dimau
sehingga melupakan, bahwa ada yang berhak atas pilihan itu
berlebihan....
salahkah?

Saat itu....
keIKHLASAn hadir menjadi perisai
bersamaan dengan keSABARan yang tak pernah henti menenangkan
meskipun tidak mudah menghilangkah rasa SAKIT...
tapi, siapa yang akan disalahkan??
tiada yang salah....
ini adalah persepsi hati dan pikiran yang tidak sejalan
rasional terlalu berlebihan dalam mendeskripsikannya
hati yang bersih ini menolak hadirnya
meskipun akhirnya mengalir mengikuti
sungguh! terlalu mudah untuk berbolak-balik..

Saat itu....
nilai-nilai kedewasaan itu bak memenuhi kertas yang selama ini kosong
diri yang BERSERAH akan semua kehendaknya
perlahan, ada senyum yang tersirat
tak ada penyesalan, tak ada keinginan untuk semua itu kembali
wajah mulai menghadap untuk masa depan yang siap menunggu perjuangan
orang-orang yang ingin meraihnya
siapa pun dia..
meskipun, bayang-bayang itu tak langsung pergi
tetap menjadi ujian terberat
tapi seiring itu pula, kenyataan menghapusnya
bahwa inilah yang mesti diraih
lupakan yang tak menjadi nyata!
karena ia akan mengikis ghirah itu..

Hingga....semua mengembalikan sosok itu

sosok yang selalu merintis kekaffahan...

tak pernah sempurna dengan dirinya

tapi ingin berjuang keras untuk itu

mengembalikan hari-hari yang telah hilang dengan kelalain

seolah ingin menebus semunya dengan waktu yang semua orang tak tahu
kapan akan berakhir...

Tetapi.......
di saat gemuruh ibadah melantakkan jiwa
semua bersujud dengan alunan bait-bait yang penuh keheningan
angin itu menderu bak ingin merobohkan benteng keyakinan
yang telah berdiri kokoh
ingin mendobrak pintu hati yang mulai tertutup rapi dan terjaga
ingin mengacau semua pikir yang telah di tata untuk yang SATU..
menerbangkan jasad yang telah bernasyad ingin tetap pada peraduan ini
hampir menyerah dan menghadirkan berbagai pertanyaan kekalutan;
mengapa mesti hadir, mengapa hanya karenanya
semua yang telah diperjuangkan menjadi redup..
mengapa mesti dia, tidak yang lain???

Izinkan aku menangisi kebodohan ini...
kebodohan yang menjebak dalam ranjau yang sangat membahayakan
yang jika lalai, tak akan mampu keluar bahkan selamanya akan terjebak disana
Inikah seorang hamba yang mengatakan: aku hanyalah manusia biasa?
Tidak! semua tidak biasa, tapi harus mempertahankannya dengan luar biasa!

Sungguh! semua pun mulai goyah, tapi periasai-Mu berkilau bak MUTIARA:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta" (QS. Al-Ankabut: 2-3)

Menangis.....biarlah butiran-butiran lembut itu mengekpresikan penyesalannya...

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (QS. Al-Baqarah: 214)

Tubuh itu bergetar hebat, bagai mencabik-cabik hati yang begitu halus ini.
Semua bukan apa-apa.
Mungkinkah akan kalah dengan Ujian yang sangat tidak sebanding dengan ujian para kekasih Allah? yang rela merelakan semua hidup dan mati hanya untuk-Nya?
pertanyaan singkat yang semakin menyudutkan
apa yang mesti aku lakukan??? ingin menjerit meneriakkan kalimat itu...

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'," (Q.S. Al-Baqarah: 45)

AllahhuGhafururRahim....
La Haulawala Quwwata Illa BillahHil'aliyyil'azim...
Diam.
membiarkan jasad dan ruh menikmati riak keagungan-Nya
membiarkan rinai 'hujan' mata membentuk telaga
membiarkan lisan memadukan Tasbih,Tahmid, Tahlil, dan Takbir
membiarkan jemari bergetar bersama peluh ampunan
seakan hanyut dalam lautan CINTA yang melenakan
****
Biarkanlah ia berlalu
untuk sebuah ibroh dan kenangan yang akan memperkuat perjalanan
tak mengapa ia ada..karena ia telah menguji kerapuhan jiwa ini
dan menggantikannya dengn keteguhan yang mungkin tak semua orang
bisa untuk menggenggamnya..

Semakin menemukan makna CINTA yang utuh
sungguh! kebahagiaan yang tak tergambar
bisa melewati semua tangga ujian
yang nanti akan membuat sampai pada tujuan akhir yang ABADI
dengan perjalanan yang Indah, meskipun penuh liku..

Hari ini.....Kau kembali meraihku
mendekapku, menopang kepincangan jalanku
menghapus kesedihan dan menggantikannya dengan sirat senyum
yang menjadi penghias diri, dan yang sempat hilang beberapa waktu..

Seolah Kau ingin mengatakan padaku:
Lihatlah! ada jalan yang telah terbuka untuk kau masuki
di dalamnya kau akan dapati sebuah kata, "untuk INILAH kau HIDUP"
berjuang, demi Kekasih Sejatimu.
bukankah kau ingin mengharapkan perjumpaan dengan-Nya kelak,
dengan wajah berseri, jiwa yang bersih?
dan berda di sisi-Nya Terindah....AMIN.
Aku inginkan_Mu...

Langit tak selamanya cerah, disapu awan yang menari beriringan indah
akan ada mendung dan hujan yang hadir sebagai penggantinya
Matahari tak selamanya terik menjadi penerang dunia
akan ada bulan yang mendekap dunia dengan malamnya
semua terus berganti, seiring ketentuan yang Ia kehendaki
semua memberikan hikmah yang dapat kita petik dalam menjalani hidup ini...

{Reach My Love: Ibroh Sya'ban yang tak akan terlupakan. Aku mencintai_Mu}

Senin, 03 Agustus 2009

Merancang Kematian....{Kehidupan Dunia itu tidak lain hanyalah Kesenangan yang Memperdayakan}

"Tiap-Tiap yang berjiwa kan merasakan mati. Dan sesungguhnya pad hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa yg dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan itu tidaklah lain hanyalh kesenangan yang memperdayakan"
(Q.S. Al-Imran:185)


Pernahkah suatu kali kita merancang dan menyiapkan hari kematian kita? Hari dimana setiap insan:

Ya Allah hidupkanlah hamba dalam keadaan mulia dan matikan hamba dalam keadaan syahid dan yang bernyawa akan menghadapinya. Saat kita berpindah ke Arrafîq Al-a`la. Apa posisi yang kita dambakan ketika malaikat Izrail datang menjemput? Apa yang telah kita persiapkan untuk dipersembahkan kepada kekasih abadi, Allah Pencipta kita? Apakah kita mempersiapkan hari kematian seperti atau melebihi persiapan kita untuk hari pernikahan?

"Apakah kita takut dengan kematian? (Sama saja) Saya akan mati dengan dibunuh atau kanker.
Mati itu pasti apapun penyebabnya Kita semua menanti, saat akhir kehidupan kita.
Tidak ada yang berubah. Apakah berakhir dengan berhentinya dengan detak jantung atau dengan helikopter Apatche. Tapi saya lebih senang mati dengan Apatche…"

DR Rantisi: Merancang kematiannya
Itulah ungkapan jujur dari asy-syahid Dr. Abdul `Aziz Arrantisi sebelum hari dimana serangan udara Yahudi dengan pesawat tempur Apatche berhasil mengarahkan rudalnya tepat mengenai mobil yang beliau tumpangi. Sekilas ungkapan beliau di atas memberitahukan pada kita, bahwa asy-syahid Arrantisi telah merancang kematiannya hingga akhirnya beliau meraih apa yang beliau cita-citakan tersebut, yaitu mati dengan Apatche.
Jauh ke belakang, para pendahulu kita as-salafus soleh sudah terbiasa melakukan perencanaan kematian. Mereka adalah manusia akhirat, manusia yang hidup untuk akhirat. Setelah gugurnya panglima Islam, Zaid bin Haritsah radhiyallahu `anhu dalam peperangan Mu`tah, bendera yang dipegangnya diambil alih oleh Ja`far radhiyallahu `anhu. Kemudian Ja'far membaca beberapa bait sya`ir :

Sayyid Quthb,,, Syuhada di tiang gantungan penguasa Mesir
Wahai manusia! Betapa indahnya surga dan betapa gembiranya orang yang menghampirinya!
Betapa bagusnya benda-benda yang ada di dalamnya dan betapa segar airnya
Telah datang waktunya bagi orang-orang Romawi untuk mendapatkan kehancuran
Dan telah diwajibkan bagiku untuk membinasakan mereka semua.


Setelah membacakan syair di atas, dengan sengaja Ja`far memotong kaki kudanya untuk melenyapkan perasaan ingin meninggalkan medang perang. Sambil memegang bendera yang berkibar di tangannya dan sebilah pedang di tangan sebelahnya, Ja`far terus bergerak maju menyerang tentara musuh. Tangan kanannya yang memegang tiang bendera kemudian dipotong oleh musuh dalam pertempuran tersebut. Ja`far segera mengambil bendera itu dengan tangan kirinya. Ketika tangan kirinya pun dipotong oleh musuh, ia tetap mengibarkan bendera itu dengan didekap di dadanya sambil menggigit tiangnya sekuat tenaga serta dibantu oleh kedua tangannya yang tersisa. Akhirnya tubuh Ja`far dibelah dua oleh musuh dari belakang sehingga ia gugur syahid. Ketika itu ia berusia 33 tahun.
Abdullah bin Umar radhiyallahu `anhu bercerita, "Ketika kami mengangkat jenazah Ja`far keluar dari medan pertempuran, kami mendapati kira-kira ada sembilan puluh luka di tubuhnya dan semuanya di bagian depan.

Panglima Khattab ,,,, syuhada yang merancang kesyahidannya di pertempuran Checnya:
...Kemudian Abdulah bin Rawahah radhiyallahu `anhu segera meraih bendera dan terus berjuang. Pada waktu itu jari-jari tangannya terluka parah dan berlumuran darah hingga bergelantungan hampir putus. Ia pun meletakkan jari-jari tangannya itu di bawah kakinya lalu menarik semuanya hingga benar-benar putus, lalu potongan-potongan jari itu ia lemparkan dan kembali bergerak menghadapi musuh. Dalam keadaan tersebut, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, bahwa tentara Islam sedang berjuang menghadapi tentara musuh yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan tentara Islam yang sangat sedikit, sehingga membuat Abdullah hampir putus asa dan berhenti sejenak. Tapi segera ia tersentak dari lamunannya, seraya berkata dalam hatinya, "Wahai hati! Apa yang menyebabkan kamu berpikir demikian? Apakah karena cinta terhadap istri? Kalau demikian, dia akan aku talak tiga sekarang juga. Apakah karena hamba-hamba sahaya? Kalau demikian: Hidup Mulia atau mati syuhada aku akan bebaskan mereka semua. Apakah karena kebun-kebun? Kalau begitu aku sedekahkan semuanya di jalan Allah. Abdullah kemudian membaca beberapa bait syair :

Demi Allah, wahai Abdullah, kamu harus turun
Apakah dengan senang ataupun dengan berat hati
Telah cukup lama kamu hidup dalam ketenangan
Berpikirlah, bahwa pada mulanya kamu berasal dari setetes air mani
Lihatlah, betapa hebatnya orang-orang kafir menyerang tentara Islam, apakah engkau tidak ingin surga?
Walaupun kamu tidak terbunuh dalam pertempuran ini
Ingatlah bahwa suatu hari nanti engkau akan mati juga


Senyum syuhada itu pun tersirat menyapu langit:
Kemudian ia turun dari kudanya, sementara sepupunya telah datang membawa sepotong daging kepadanya seraya berkata, "Makanlah daging ini dan beristirahatlah dulu sebentar."
Ketika Abdullah hendak mengambil daging itu, ia mendengar teriakan musuh dari sudut pertempuran. Kemudian potongan daging itu pun ia lemparkan dan dengan sebilah pedang terhunus di tangannya, Abdullah bergerak masuk ke dalam pasukan musuh dan terus berjuang dengan seluruh kekuatannya yang ada, sampai akhirnya ia pun gugur syahid.

Dalam riwayat lain dikisahkan, seorang Arab Badui bergabung dalam perang Khaibar. Usai pertempuran, Rasulullah shallallahu `alahi wa sallam membagikan hasil rampasan perang. Ketika bagiannya diberikan oleh Rasulullah, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apa ini?", "Ini adalah hasil peperangan yang aku sisihkan untukmu", jawab Rasul. "Saya bergabung dengan kafilah jihad engkau bukan karena ini, tapi saya ingin syahid dengan cara tertancap tombak di salah satu sisi leher saya hingga tembus keluar sisi yang lain."

"Jika kamu jujur kepada Allah dengan niat ini, maka niscaya Allah akan menjadikannya kenyataan", balas Rasulullah saw. Kemudian para sahabat kembali berperang.
Seperti biasa usai peperangan, para syuhada dikumpulkan. Dan, seorang Badui tadi ditemukan mati syahid persis seperti yang ia inginkan. Allahu akbar...!

Seperti inilah kehidupan para sahabat radhiyallahu `anhum. Setiap kisah mengenai mereka telah membuktikan betapa tingginya semangat perjuangan mereka, sekaligus membuktikan bahwa dunia beserta segala isinya tidak mempunyai nilai apa-apa dalam pandangan mereka. Tetapi sebaliknya, yang sangat mereka cintai dan dambakan adalah kejayaan di akhirat kelak.
{Source: M. Arif As-Salman http://www.eramuslim.com)

Pernahkah kita berfikir tentang hal ini? Tentang kedudukan kita kelak di akhirat. Pernahkah bayang-bayang itu muncul? Sudah beranikah kita dengan jujur merencanakan kematian seperti mereka? Apa yang telah kita siapkan untuk bertemu dengan Sang Kekasih yang abadi? Adakah perjumpaan dengan Allah menjadi dambaan kita? Apa yang telah kita rancang dan siapkan untuk menyambut hari kematian kita? Apakah kita menginginkan kematian dalam keadaan tengah bersujud pada Allah? Di saat tengah shalat, membaca al-Qur`an, berdakwah, menuntut ilmu, berpuasa, dan lain-lainnya? Ataukah dalam keadaan tunduk dan bersujud pada hawa nafsu, setan, dunia, harta, dan disaat sedang berbuat dosa dan maksiat pada Allah? Wallahul musta`an wa a`lam.
Pada_Mu kami kembali.....(Sawfa Arji'..)

Titian Muhasabah: Kembalinya Air Mata TAUBAT..

"Kata-kata cinta terucap indah. Mengalir berdzikir di kidung doaku. Sakit yg kurasa biar jadi penawar dosku..Butir-butir cinta air mataku, teringt semua yang Kau beri untukku. Ampuni khilaf dan salah, selama ini ya Ilahi...Muhasabah cintaku"
Saudaraku...
Sejak diciptakan oleh Allah, manusia selalu berada di atas sebuah titian perjalanan.
Dunia bukanlah negeri untuk ditinggali selamanya. Akan tetapi ia adalah tempat persinggahan dan sekedar untuk lewat saja …

Perjalanan ini tidak akan pernah berakhir kecuali setelah kita menghadap Allah. Barangsiapa yang berlaku baik di dalam perjalanannya niscaya akan diberi balasan dengan kenikmatan abadi di surga… Dan barangsiapa yang berlaku jelek di dalam perjalanannya niscaya akan dibalas dengan siksa yang pedih di dalam Jahannam.
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana” (QS. An Nuur [24] : 10). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya” (QS. An Najm [53] : 32). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu” (QS. Al A’raaf [7] : 156)

Saudaraku....
Pintu taubat selalu terbuka lebar, ia menanti kedatangan hamba-hamba yg ingin meraihnya
Jalan kaum yang bertaubat telah dihamparkan, …
Ia merindukan pijakan kaki ini..
Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Azza wajalla

Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan hawa nafsu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila telah benar-benar bertaubat kepada Allah kemudian sesudah itu terjatuh lagi di dalam maksiat -sehingga memupus taubat yang terdahulu- janganlah malu untuk memperbaharui taubat untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang maka teruslah bertaubat.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar bertaubat kepada-Nya” (QS. Al Israa’ [17] : 25). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Dzat Yang Maha pengampun lagi Maha penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan” (QS. Az Zumar [39] : 53-54)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian” (Shahih Ibnu Majah)

Tuhan....dosaku menggunung tinggi
tapi rahmat_Mu melangit luas
harga selautan syukurku, hanyalah setitis nikmat_Mu di bumi
Tuhan...walau TAUBAT sering ku mungkir
namun PENGAMPUNAN_Mu tak pernah bertepi (Nasyid song)

Biarkan semua mengalir bak rinai hujan, mengering tak subur kembali bagai diterpa kemarau yang tak berkesudahan, karena keyakinan telah menempa diri akan tergantikan dengan taman kebahagiaan yang mengalirkan madu-madu CINTA mempermanis IMAN. Angin berbicara lewat deruannya yang memberikan kesejukan di setiap sudut pertiga malam. Guntur bergemuruh teratur disambut kilatan petir yang memancar indah. Dedaunan merunduk 'tersenyum' dibalik tetesan embun yang menitis perlahan ke bumi. Sahutan binatang malam bersahutan menyambut doa JIWA yang telah ikhlas berserah. Malam pun merangkul penuh kehangatan, membiarkan perjuangan meraih ma'rifat dalam takarrub yang berhias khauf dan roja.

Takkan berakhir di sini. Karena setiap takbir, rukuk, dan sujud akan menjadi saksi pengabdian yang tak pernah bertepi, hingga waktu itu tiba.."Ya ayyuhannafsul muthma'innah. Irji'i ila rhadhiyatammardhiyyah. Fadkhuli fi 'ibadi, wadkhuli jannati...." (QS. Al-Fajr: 26-30)

"..Innallaha yuhibbuttawwabina, wa yuhibbulmutatohhirin.." Sesunguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertubat dan orang-orang yang mensucikan diri..

Oleh sebab itu, orang yang berbahagia adalah yang selalu bersiap-siap untuk menempuh perjalanan ini dan membekali dirinya untuk itu. Dia pun mempersiapkan bekal ketakwaan dan amal shalihnya. Sedangkan orang yang celaka ialah orang-orang yang menyia-nyiakan umurnya di dalam kelalaian dan kemaksiatan. Sehingga kedatangannya tatkala menghadap Tuhannya ia divonis sebagaimana para pendurhaka, pelaku dosa dan kesalahan.

Sementara itu, di dalam perjalanannya menuju Allah seorang hamba pastilah akan mengalami sesuatu yang tidak terpuji, baik berupa ucapan maupun perbuatan; sebab manusia bukanlah makhluk yang ma’shum (terjaga dari salah dan dosa). Dia tidak pernah lepas dari sifat lupa dan lalai. Dan karena kemaksiatan-kemaksiatan merupakan sebab timbulnya murka Allah terhadap hamba dan pemicu ditimpakannya hukuman atasnya maka Allah ‘azza wa jalla tidaklah menelantarkan hamba-hamba-Nya menjadi tawanan maksiat. Allah tidak membiarkan mereka terjebak dalam kebingungan dan kekalutan. Akan tetapi Allah melimpahkan nikmat yang sangat agung kepada mereka. Allah karuniakan kepada mereka sebuah anugerah yang sangat besar. Yaitu dengan dibukakan-Nya pintu taubat dan inabah bagi mereka. Kalau seandainya Allah tidak memberikan taufik kepada hamba-hamba-Nya untuk bertaubat dan tidak memberikan nikmat diterimanya taubat itu pastilah hamba akan terjebak dalam sebuah kondisi sempit yang amat menyusahkan. Sehingga merekapun diliputi rasa putus asa dari mendapatkan ampunan. Dan harapan mereka untuk bisa mencari kedekatan dengan Tuhannya pun menipis dan terputuslah keinginan mereka untuk bisa meraih ampunan, kelapangan dan kelonggaran.

Allah Maha pengampun, Maha penerima taubat dan Maha penyayang. Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Qur’an bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hamba-Nya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya” (QS. An Nisaa’ [4] : 27)
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana” (QS. An Nuur [24] : 10). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya” (QS. An Najm [53] : 32). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu” (QS. Al A’raaf [7] : 156)

Saudaraku....
Pintu taubat selalu terbuka lebar, ia menanti kedatangan hamba-hamba yg ingin meraihnya
Jalan kaum yang bertaubat telah dihamparkan, …
Ia merindukan pijakan kaki ini..
Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Azza wajalla

Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan hawa nafsu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila telah benar-benar bertaubat kepada Allah kemudian sesudah itu terjatuh lagi di dalam maksiat -sehingga memupus taubat yang terdahulu- janganlah malu untuk memperbaharui taubat untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang maka teruslah bertaubat.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar bertaubat kepada-Nya” (QS. Al Israa’ [17] : 25). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Dzat Yang Maha pengampun lagi Maha penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan” (QS. Az Zumar [39] : 53-54)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian” (Shahih Ibnu Majah)

Tuhan....dosaku menggunung tinggi
tapi rahmat_Mu melangit luas
harga selautan syukurku, hanyalah setitis nikmat_Mu di bumi
Tuhan...walau TAUBAT sering ku mungkir
namun PENGAMPUNAN_Mu tak pernah bertepi (Nasyid song)

Biarkan semua mengalir bak rinai hujan, mengering tak subur kembali bagai diterpa kemarau yang tak berkesudahan, karena keyakinan telah menempa diri akan tergantikan dengan taman kebahagiaan yang mengalirkan madu-madu CINTA mempermanis IMAN. Angin berbicara lewat deruannya yang memberikan kesejukan di setiap sudut pertiga malam. Guntur bergemuruh teratur disambut kilatan petir yang memancar indah. Dedaunan merunduk 'tersenyum' dibalik tetesan embun yang menitis perlahan ke bumi. Sahutan binatang malam bersahutan menyambut doa JIWA yang telah ikhlas berserah. Malam pun merangkul penuh kehangatan, membiarkan perjuangan meraih ma'rifat dalam takarrub yang berhias khauf dan roja. 

Takkan berakhir di sini. Karena setiap takbir, rukuk, dan sujud akan menjadi saksi pengabdian yang tak pernah bertepi, hingga waktu itu tiba.."Ya ayyuhannafsul muthma'innah. Irji'i ila rhadhiyatammardhiyyah. Fadkhuli fi 'ibadi, wadkhuli jannati...." (QS. Al-Fajr: 26-30)

"..Innallaha yuhibbuttawwabina, wa yuhibbulmutatohhirin.." Sesunguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertubat dan orang-orang yang mensucikan diri..

Jumat, 31 Juli 2009

KAU ADA DI HATIKU..{You’re the one who held me up, Never let me fall}

"Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila Telah sunyi (gelap). Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu? Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan" (QS. Adh-Dhuha: 1-8)

Semuanya datang beruntun bak rinai hujan dari langit. Kelemahan kembali menjadi "paranoid" yang membelenggu jiwa. Hingga nyaris tak kuasa melangkah, menggapai, bahkan untuk sekedar menatap ke depan, yang terdampar sebuah tujuan yang akan menemukan satu titik harapan. KAKU..! Tak dapat dielakkan, tangis kekanakan itu kembali menjadi teman setia di ujung malam. terlarangkah? Saat ini, hal itu menjadi rasa malu yang menghimpit saat mengingat kata 'kedewasaan'.
Pergi jauh, meninggalkan semua kenangan indah yang terangkum dalam PERSAUDARAAN. Meskipun pada akhirnya berhenti pada pilihan yang tak pernah diharapkan, namun membawa Ibroh yang akan terus menuntun perjalanan hidup ini. Tak hanya itu, langkah pergi bersama kegalauan, pertanyaan-pertanyaan yang belum mendapat jawaban, kekecewaan, dan kemarahan. Ditambah dengan kenyataan bahwa diri kembali sendiri. Apa yang terpikirkan saat diri merasa jauh dari keramaian? sepi, sunyi, tanpa teman? Membosankan, bahkan mengerikan! Lengkap, diri terasing!
Prolog jiwa yang membuat langkah ini terkatung dalam harap yang sama, seperti dulu. harus berapa lama menanti kepastian yang tak kunjung 'berani' ke depan, walau hanya untuk mewakili setengah HATI??
****

Terkadang, lingkup kebahagiaan merangkum semua kegalauan, kesedihan dan meruntuhkan dinding permasalahan yang menghalangi. Seakan diri bisa bertahan walau hanya dengan se-sirat senyum. Kekuatan menjadi pemacu diri untuk tetap tangguh dengan semua pancaroba yang memang mesti ada. Tak urung ghirah itu berada pada puncak azam yang sempurna, tak goyah. Perjuangan yang berkerikil tajam tak terhiraukan. semua utuh, menunaikan niat.
Sedikit terperosok, kaki tergelincir dalam jurang yang menganga siap menerkam. Semua berputar menjadi serpihan-serpihan ketakutan, kesedihan, kelemahan, kemarahan bahkan putus asa. Ghirah memudarkan azam yang cemerlang. Niat suci menjadi noda yang pekat! Lisan berucap lirih: Aku tak SANGGUP! Allah, inikah yang namanya PEJUANG? Sungguh, diri tertunduk malu menatap_Mu. Sampai kapan terpaku dengan rasa terasing??
Izinkan aku menelususri nyanyian qalbu yang menyatu dg tasbinya alam. Menguak rahasia agung_Mu dalam setiap bait dan lantunan KATA-KATA CINTA. Berharap menemukan CINTA yang UTUH dan ABADI. Izinkan Aku...


Inilah aku yang tak mensyukuri nikmat_Mu
inilah aku yang tak sadar menutup HATI akan kebenaran janji_MU
inilah aku yang sering 'menghujat' ketentuan_Mu
inilah aku yang sering mengabaikan kasih sayang_Mu
inilah aku yang tak sadar menepis 'rangkulan_Mu"
inilah aku yang menghilangkan kesabaran dalam perjuangan itu
inilah aku yang selalu luluh dengan kelemahan
inilah aku.....
inilah aku.....
inilah aku yang selalu KALAH....KALAH...dan KALAH...


Hanya sebatas itukah keinginan, keberanianketeguhan, kekuatan, kepercayaan, keikhlasan, kesabaran!Jika ingin menghitung jauh perjalanan, maka perjalanan itu baru akan membentuk TAPAK pertama. Sungguh, diri belum membuat suatu apapun. Tak layak rasanya jika ingin meminta 'upah'tanpa 'bekerja'??? Jauh dari semua....

Dan akhirnya, semua terjawab. HATI mengungkapkan segala keresahannya bahwa diri, belum dan bukan apa-apa, hanya pengemban amanah hidup yang harus mencari, mengkaji, membenahi diri dan mencobanya dalam setiap perjalanan hidup. Menyampaikan kata demi kata kebenaran memendarkan cahaya Agung keseluruh jagat raya ini, hingga Cahaya itu berada pada puncak kemenanganya.Semua bukanlah perkara mudah. Karena TUGAS itu akan terus bertambah seiring usia..dan diri bukanlah pejuang yang sempurna. Tapi akan selalu merintis...
"..dan Dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan" (Q.S. Adh_Dhuha: 6-8)
Diri tidaklah sama dengan batu karang yang tetap tangguh meski ombak dan badai menerpanya. Diri hanyalah pemilik jiwa yang begitu rapuh dan pemilik hati yang mudah berbolak-balik. Tak selamanya dapat bertahan pada keIMANAN yang terjaga. akan ada FUTUR yang menggoyahkannya. Tapi, jiwa itu akan selalu memegang tali kendali_Nya:
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu yang memberatkan punggungmu?..." (Q.S. Al-Insyirah: 1-4)dan ..."karena sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan" (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

 
Wahai Cinta, cukup bagiku Engkau
tak ingin lagi terpuruk dengan keguguan
Diri begitu menyadari, setiap jejak langkah
adalah anugerah...
tak ingin mengabaikannya
Sunggu! Rangkulan-MU, tak akan pernah melepaskanku
Berserah pada_Mu


Wahai Cinta, cukup bagiku Engkau
ada kerinduan yang tak terbendung dalam diri ini
mampukah aku meraihnya?
menempatkannya pada sudut hatiku yang terindah?
karena, tak ingin ia terambil oleh yang lain

Wahi Cinta, cukup bagiku Engkau
membimbing menuju jalan itu
jalan yang ditapaki para Mujahid/ah_Mu
yang melewati setiap detik waktu bersama_Mu
yang menjadi penoreh sejarah dalam kebangkitan Din_Mu yang mulia

Wahai Cinta, cukup bagiku Engkau

yang menjaga dan menilai lHATI ini
jangan berpaling dariku, walau SEKEJAP!
KAU ADA DI HATIKU.....

You gave me wings and made me fly
You touched my hand I could touch the sky
I lost my faith, you gave it back to me
You said no star was out of reach
You stood by me and I stood tall
I had your love I had it all
I’m grateful for each day you gave me
Maybe I don’t know that much
But I know this much is true
I was blessed because I was loved by you (By: Celin Dion)

>Menapak pertiga malam, {July, 31: Reach My LOVE.....}


Sabtu, 25 Juli 2009

Marhaban Syahru Shiyam: Cinta itu perjuangan, Perjuangan itu Cinta {Pada_Mu: Sang Maha Cinta}

Im_Syaza, 28 Des: Berpuasa dengan CINTA.......

Allah SWT berfirman,“Apabila seorang hamba mendekatkan diri kepadaku sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Apabila ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku datang dengan berlari.”(HR Bukhari).

Semua dimulai kembali.Menjajaki peraduan 'tausyiah panjang' yg harus di kaji,direalisasikan,diperjuangakan,meskipun harus bertahan dg semua 'pertanyaan' yg memng mesti ADA.Harus bertahan...kebenaran itu menempatkan dirinya di semua putaran bumi ini.Tangan2 pejuang akan meraih dan mengangkatnya kepermukaan..Amin. BERSABARLAH...semua DEMI CINTA....:)


CINTA itu ANUGERAH.........: saat setiap sisi kepingnya terjaga oleh virus-virus kebohongan, penghianatan dan jalan yang tak ia kehendaki. karena anugerah baginya adalah saat semua jemari merangkulnya ke dalam dekap nyata akan jalan lurus yang telah ditata apik sang Pemilik. Menebarkannya pada HATI-HATI yang tulus meraihnya....tak pernah meminta, tetapi selalu MEMBERI.
{Im'_des, 28}


Semua DEMI CINTA

BILA KEKUATAN CINTA........
Dua insan begitu memikat hati
Menjadikannya tempat berlabuh paling indah
Indah tuk dikenang, indah tuk dirasa
Maka seharusnya itu tak seberapa
Tak sekuat, tak secantik, tak seindah.....
Cinta yang langit tebarkan
Tuk disemai para penduduk bumi
Hingga jadikannya cahaya paling indah
Tuk digapai, tuk dirasa, tuk dijadikan asa!

BILA KEKUATAN CINTA....
Dua insan begitu mempesona
Menjadikannya rona merah di tiap pipi pemimpi
Membuainya dalam mimpi
Hingga esok terjaga dengan bunga-bunga indah dalam mata
Maka seharusnya itu tak seberapa
Tak semenarik, tak semenggeliat....
Cinta yang ditawarkan
Para pendahulu cinta
Hingga jadikannya pengantar tidur dan pengawal hari
Tuk dihayati, tuk dijunjung, tuk disanjung..

BILA KEKUATAN CINTA.....
Dua insan begitu merindu
Menjadikannya dunia hanya milik berdua
Tiap tatapan adalah bukan ragu
Maka cukuplah ini sebagai surga dunia
Maka seharusnya itu tak seberapa
Tak se_menggetarkan, tak se_mengharukan
Cinta yang menyediakan bau tanah tuk tempat kembali
Pijakan amal terluas juga tempat menanti
Hingga jadikannya penguat hati, pengantar perjuangan
Tuk tak dijadikan sia-sia, tuk tak dijadikan beban

Rabb.......,

Bila hati ini terlampau mudah tuk terpaut cinta

Maka jadikan ia bangga

Karena azamnya tuk jadikan Engkau satu-satunya cinta

Rabb.......,
Bila hati ini terlampau mudah tuk disinggahi cinta
Maka jadikan ia bercahaya
Karena tekadnya tuk jadikan ia sebagai benda termahal
Yang dipersembahkan pemiliknya hingga ia berkata
"CINTA itu PERJUANGAN, PERJUANGAN itu CINTA"

{Source: Pluto}
(
Sudah sampai mana ya, hati ini memperjuangkan cinta?)

"Ramadhan adalah bulan pembuktian cinta.
Ketundukan adalah cinta, kebajikan adalah cinta,
derma adalah cinta, dan menata jiwa lebih dewasa adalah cinta.
Ramadhan, saatnya memberi makna istimewa pada Cinta kita"
(Anis Matta)

Perlahan langkah ini menghitung waktu menuju AGUNG nya. Harapan utuh untuk menjadi bagian dari keMULIAannya, membaur bersama kekhusyukan munajat yang tak terbilang indahnya.
sedikit ada keraguan, sampaikah pada detik-detik itu? sedang diri hanya menjalankan AMANAH HIDUP untuk perjuangan yang tak sedikit. Semoga ghiroh akan tetap utuh hingga padanya bertemu kembali.
Marhaban syharun'azim.......akan menggapaimu dengan CINTA {July, 25_tapak-tapak penuh CINTA}

Sabtu, 04 Juli 2009

Merusak Pendidikan Agama

Penulis: Adian Husaini
Source: Eko Heru Prayitno


Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”. Itulah judul sebuah buku yang ditulis seorang dosen di salah satu Perguruan Tinggi Islam di Jawa Tengah. Dalam kata pengantarnya untuk buku ini, Direktur Pasca Sarjana UIN Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, menyatakan, bahwa buku ini memiliki arti penting bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama. Azra mendefinisikan ‘Pendidikan Multukultural’ sebagai “pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.”
Buku ini penting untuk kita cermati, karena menyuguhkan satu wacana tentang Pendidikan Agama di Indonesia. Ajaibnya, buku ini bukan memberikan suatu pemahaman tentang Pendidikan Agama yang benar, tetapi justru menyuguhkan suatu pemahaman yang merusak aqidah Islam itu sendiri. Maka, seharusnya, seorang profesor kenamaan tidak sampai terjebak untuk memuji-muji buku seperti ini. Apalagi, si profesor juga dikenal sebagai pimpinan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). Mungkin Sang Profesor tidak membaca isinya dengan teliti, atau mungkin memang dia sendiri setuju dengan isi buku tersebut.
Sebenarnya, istilah yang digunakan, yakni ”Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”, itu sendiri sudah bermasalah. Istilah itu mengesankan, seolah-olah selama ini, umat Islam tidak mengembangkan pendidikan agama yang menghormati keragaman budaya masyarakat. Bahkan, seperti pernah kita bahas dalam sejumlah CAP, istilah dan makna ”multikulturalisme” itu sendiri – seperti dijelaskan oleh para pendukungnya -- sudah sangat bermasalah.
Tetapi, kita sangat memahami, karena paham ini sedang menjadi proyek global – yang tentu saja ada kucuran dana yang sangat besar – maka wacana multikulturalisme terus dijejalkan kepada kaum Muslim Indonesia. Badan Litbang Departemen Agama telah meluncurkan program pembinaan dai-dai multikultural dan menyebarkan buku-buku tentang multikulturalisme. Para santri dan kyai di berbagai pesantren, khususnya di Jawa Barat, juga telah dijejali paham ini oleh agen liberal, seperti International Center for Islam and Pluralism (ICIP). Berbagai seminar tentang multikulturalisme pun digelar, seolah-olah, inilah agenda penting yang harus ditelan umat Islam Indonesia saat ini. Seolah-olah, umat Islam selama ini tidak memahami keragaman budaya dan agama. Seolah-olah umat Islam selama ini tidak toleran dengan agama lain, dan sebagainya.
Kita pernah membahas apa makna ”Multikulturalisme” dalam pandangan Litbang Departemen Agama, yang merupakan hasil penelitian Litbang Depag tentang “Pemahaman Nilai-nilai Multikultural Para Da’i”. Dijelaskan, bahwa selain dapat menjadi faktor integrasi, agama juga dapat menjadi faktor dis-integrasi. Konflik antar-umat beragama dapat terjadi karena -- salah satunya -- disebabkan oleh adanya pemahaman keberagamaan masyarakat yang masih eksklusif. Pemahaman ini dapat membentuk pribadi yang antipati terhadap pemeluk agama lain. Pribadi yang selalu merasa hanya agama dan alirannya saja yang paling benar sedangkan agama dan aliran lainnya adalah salah dan dianggap sesat.
Jadi, dalam wacana multikulturalisme, klaim kebenaran (truth claim) terhadap agamanya sendiri dipandang sebagai sesuatu yang menjadi sebab terjadinya konflik antar-umat beragama. Logika selanjutnya adalah, agar umat beragama menghilangkan klaim kebenaran terhadap agamanya sendiri. Umat beragama diajak untuk mengakui kebenaran semua agama. Minimal, jangan menyalahkan agama dan kepercayaan di luar agamanya.
Tentu saja kesimpulan semacam ini sangat keliru. Sebab, setiap orang yang beragama – jika masih berpegang pada keyakinan agamanya – pasti meyakini kebenaran agamanya sendiri. Jika dia meyakini kebenaran semua agama, maka dia sejatinya sudah tidak beragama. Kita ingat jargon populer kaum Pluralis Agama, yakni ”All paths lead to the same summit” (semua jalan akan menuju puncak yang sama). Maksudnya, agama apa pun sebenarnya menuju pada Tuhan yang sama. Tokoh pluralis lain menggambarkan agama-agama laksana jari-jari sebuah roda yang semua menuju pada poros yang sama. Poros itulah, menurut dia, adalah Tuhan.
Semangat humanisme sekular tanpa diskriminasi agama inilah yang juga ditekankan dalam buku ”Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”. Misinya adalah membangun persaudaraan universal tanpa membedakan lagi faktor agama, sebagaimana misi yang digelorakan oleh Free Masonry, Theosofie, dan sebagainya. Misalnya ditulis dalam buku ini:
”Sebagai risalah profetik, Islam pada intinya adalah seruan pada semua umat manusia, termasuk mereka para pengikut agama-agama, menuju satu cita-cita bersama kesatuan kemanusiaan (unity of mankind) tanpa membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan, dan agama... Pesan kesatuan ini secara tegas disinyalir al-Qur’an: ”Katakanlah: Wahai semua penganut agama (dan kebudayaan)! Bergegaslah menuju dialog dan perjumpaan multikultural (kalimatun sawa’) antara kami dan kami... Dengan demikian, kalimatun sawa’ bukan hanya mengakui pluralitas kehidupan. Ia adalah sebentuk manifesto dan gerakan yang mendorong kemajemukan (plurality) dan keragaman (diversity) sebagai prinsip inti kehidupan dan mengukuhkan pandangan bahwa semua kelompok multikultural diperlakukan setara (equality) dan sama martabatnya (dignity).” (hal. 45-46).

Bagi yang memahami tafsir al-Quran, pemaknaan terhadap QS 3:64 tentang kalimatun sawa’ semacam itu tentulah dan ngawur. Sebab, ayat itu sendiri sangat jelas maknanya, yakni perintah kepada Nabi Muhammad saw agar mengajak kaum Ahlul Kitab untuk kembali kepada ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Disebutkan dalam ayat tersebut (yang artinya):
”Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuat upun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah.”

Jadi, QS 3:64 tersebut jelas-jelas seruan kepada tauhid, bukan kepada paham Multikulturalisme. Meskipun maknanya sudah begitu jelas, tapi para pendukung paham Multikulturalisme ini dengan sangat berani dan gegabah membuat makna sendiri. Karena menjadikan paham Multikulturalisme sebagai dasar keimanannya, maka Tauhid pun dimaknai secara keliru dan diselewengkan maknanya. Padahal, Tauhid jelas berlawanan dengan syirik. Musuh utama Tauhid adalah syirik. Karena itu, Allah sangat murka dengan tindakan syirik, dan disebut sebagai ”kezaliman yang besar” (zhulmun ’azhimun). Karena itu, di dalam al-Quran disebutkan, bahwa Allah SWT sangat murka, karena dituduh mempunyai anak (QS 19:88-91).
Tetapi, dalam paham Multikulturalisme sebagaimana dijelaskan dalam buku ini, justru keyakinan akan kebenaran agamanya sendiri dilarang:
”Klaim berlebihan tentang kebenaran absolut kelompok keagamaan sendiri, dan
klaim kesesatan kelompok-kelompok agama lain, bisa membangkitkan sentimen permusuhan antarumat beragama dan antarkelompok. Penganjur-penganjur agama yang mempunyai corak pemahaman teologi dogmatis semacam itu dapat dengan mudah membawa dan memicu konflik dan kekerasan pada level pengikut. Dan anehnya semua mengatasnamakan Tuhan.” (hal. 48)

Tidak sulit untuk menyimpulkan, bahwa sadar atau tidak, misi buku Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ini memang jelas-jelas merusak aqidah Islam. Agar memiliki daya rusak yang tinggi, maka digunakanlah salah satu aspek strategis, yakni ”Pendidikan Agama”. Daya rusak itu tentu saja semakin tinggi dengan dukungan profesor kenamaan yang memiliki kekuasaan tinggi di Perguruan Tinggi dan organisasi cendekiawan Muslim.
Buku Pendidikan Agama jenis ini memang jelas-jelas menyebarkan ’paham syirik’ Pluralisme Agama. Sebab, buku ini membenarkan semua paham syirik yang dengan tegas telah dikecam dalam al-Quran. Ditulis, misalnya: ”Jadi, semua agama adalah sebuah totalitas sosio-kultural yang merupakan jalan-jalan yang berbeda dalam mengalami dan hidup dalam relasi dengan Yang Ilahi. Yang menyebabkan perbedaan itu adalah bukan sesuatu yang mutlak sifatnya, namun hanya faktor-faktor partikular yang berhubungan dengan sejarah dan kebudayaan.” (hal. 50).
Lebih jauh dijabarkan bahwa: ”Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural mengandaikan suatu pengajaran efektif (effective teaching) dan belajar aktif (active learning) dengan memperhatikan keragaman agama-agama siswa. Dalam hal ini, proses mengajar lebih menekankan pada bagaimana mengajarkan tentang agama (teaching about religion), bukan mengajarkan agama (teaching of religion), karena yang pertama melibatkan pendekatan kesejarahan (historical approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach), sedangkan yang kedua melibatkan indoktrinasi dogmatik pada siswa sehingga secara praktis ia tidak memberikan sarana yang memadai untuk menentukan palajaran/kuliah mana yang dapat diterima dan mana yang perlu ditolak.” (hal. 102).
Untuk menjalankan misi Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural tersebut, maka juga diperlukan guru-guru yang memiliki pemahaman yang sama. ”Guru penganut suatu agama yang meyakini hanya ada satu kebenaran dan satu keselamatan, tertutup kemungkinan untuk menerima validitas kepercayaan-kepercayaan alternatif dan gagal mengajarkan toleransi dan saling menghargai antar sesama penganut agama.” (hal. 103).
Jadi, jelaslah, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural memang berusaha menggerus keyakinan ekslusif tiap agama, khususnya aqidah umat Islam. Untuk itu, penulis buku yang sudah sangat populer keliberalannya ini memang tidak takut-takut untuk merusak tafsir al-Quran, sebagaimana contoh terdahulu. Sejumlah ayat al-Quran lainnya juga dia tafsirkan dengan semena-mena.
Misalnya, dengan seenak perutnya sendiri, ia mengubah makna ”taqwa” dalam QS 49:13. Kaum Muslim memahami bahwa makna ’taqwa’ adalah taat kepada perintah Allah dan menjauhi larang-larangan-Nya. Tapi, oleh penganut paham multikulturalisme, istilah ’taqwa’ diartikan sebagai ”yang paling dapat memahami dan menghargai perbedaan pendapat.” Buku Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ini menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut:
”Hai manusia, sesungguhnya Kami jadikan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berkelompok-kelompok dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling memahami dan saling menghargai. Sesungguhnya orang yang paling bermartabat di sisi Allah adalah mereka yang paling dapat memahami dan menghargai perbedaan di antara kamu.” (hal. 49).

Sebagai kaum Muslim, kita diperintahkan untuk sangat berhati-hati dalam menafsirkan al-Quran. Dalam acara ”Kolokium Nasional Pemikiran Islam” di Universitas Muhammadiyah Malang, 11-13 Februari 2008, tokoh Muhammadiyah Ustad Muammal Hamidy mengingatkan, bahwa para sahabat Rasulullah saw dan para ulama ahli tafsir senantiasa sangat berhati-hati menafsirkan al-Quran.
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dengan tawadhu’nya pernah menyatakan: “Bumi manakah yang akan menyanggaku dan langit manakah yang akan menaungiku jika aku mengatakan sesuatu yang tidak aku ketahui tentang Kitabullah?” Ibn Katsir juga mengutip hadits Rasulullah saw: “Barangsiapa yang mengucapkan (sesuatu) tentang al-Quran berdasarkan ra’yunya atau berdasarkan apa yang tidak dipahaminya, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka.” (HR Tirmidzi, Abu Daud, Nasa’i). Abu Ubaid pernah juga memperingatkan: “Hati-hatilah dalam penafsiran, sebab ia merupakan pemaparan tentang Allah.”
Mencermati isi buku ini tidaklah sulit bagi kita untuk menilai, bahwa buku Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ini memang merusak aqidah Islam dan Tafsir al-Quran. Namun, Professor sekaliber Azyumardi Azra justru memberikan pujiannya. Penulis buku ini, menurut sang Professor UIN Jakarta ini,”telah membuka pintu masa depan kajian pendidikan agama bercorak multikulturalisme di Indonesia”.
Jadi, pintu untuk merusak Pendidikan Agama di Indonesia sudah resmi dibuka! 
{Source: Eko Heru Prayitno}
Bukankah ini dilema lama yang disadari oleh kalangan akademisi, terutama, tetapi dilema yang juga tetap eksis sampai sekarang...Apa pendapat anda dan tindakan apa yang mesti kita lakukan?